Pembinaan Mental Seluruh Pegawai, Begini Pesan Wakil Ketua Pengadilan Agama Negara

pa-negarakalsel.go.id, Negara – Untuk mewujudkan Pengadilan Agama Negara meraih predikat Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), pembinaan mental dan spiritual bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) hingga tenaga honorer merupakan hal penting dalam penyelenggaraan peradilan untuk pembekal akhlak sumber daya manusia penyelenggara birokrasi.

Namun lelah dengan rutinitas pekerjaan yang semakin pelik, dan kenyataan isi dompet yang juga paceklik karena gaji yang diterima terasa kecil. Apalagi membayangkan menjadi kepala keluarga yang berperan sebagai tumpuan sumber nafkah. Itu semua yang teramat dirasakan oleh tenaga honor tidak hanya di Pengadilan Agama Negara, bahkan di lingkungan Mahkamah Agung dan instansi lain juga mendapati problem yang sama. Maka sangat diperlukan sikap empati, solidaritas, dan gotong royong baik materil maupun moril.

Hal itu menjadi topik pembahasan dalam kegiatan pembinaan mental yang disampaikan oleh Wakil Ketua Pengadilan Agama Negara, Abdul Hamid, S.H.I pada briefing pagi (BRIPA) di kantor Pengadilan Agama Negara hari ini, Rabu (8/12/21).

Abdul Hamid, menyampaikan kesenjangan gaji tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya jabatan, tanggung jawab, dan kewajiban. Tapi  mindset kita hanya berkutat pada banyak uang, semua bisa dinikmati namun terlalu lemah dalam mensyukuri segala nikmat yang Allah karuniakan. Mengutip salah satu ayat Al-Qur’an dirinya menambahkan “dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu (Q.S. Ibrahim: 7).

Dalam penyampaiannya, Wakil Ketua Pengadilan Agama Negara memberikan 4 hal yang dapat membiasakan bersyukur dengan gaji yang dimiliki saat ini. Berikut rangkumannya,

Pertama, bersyukur setidaknya sudah punya penghasilan sendiri. Jika sering merasa gajimu tidaklah sebesar yang kamu harapkan. Kemudian mulai membanding-bandingkan dengan semua orang yang gajinya lebih tinggi. Maka harus stop pikiran itu. Harus ditanamkan dalam kepala adalah setidaknya kamu sudah punya penghasilan sendiri sehingga tidak menyusahkan orang di sekelilingmu dan sudah bisa membiayai hidup sendiri.

Kedua, lihat! Masih banyak yang memiliki gaji dibawahmu. Jika selalu membanding-bandingkan gajimu dengan orang yang memiliki penghasilan lebih darimu. Seharusnya jangan selalu lihat ke atas. Cobalah lihat keluar, masih banyak orang di luar sana yang memiliki gaji yang tidak sebanding dengan pekerjaan dan gelarnya. Mereka pun tidak terlihat membebankan hal tersebut. Dengan melihat orang-orang yang gajinya lebih kecil darimu, kamu bisa lebih mensyukuri gajimu yang saat ini kamu terima.

Ketiga, gaji kecil adalah tantangan untuk mengatur keuangan. Sebenarnya gajimu itu cukup untuk memenuhi kebutuhanmu tapi kamu lebih sering menghabiskannya dengan membelanjakan hal-hal yang tidak penting. Itulah yang menyebabkan gajimu terlihat kecil. Berangkat dari ini, kamu harus pandai-pandai mengatur keuanganmu, jadi meskipun gajimu kecil kamu tetap bisa memenuhi kebutuhan yang paling penting. Sisihkan gajimu untuk ditabung untuk kebutuhan mendesak. Jangan lupa untuk mengurutkan kebutuhanmu agar gajimu yang kecil tidak memberatkanmu.

Keempat, tenang saja, suatu saat gajimu akan meningkat. Jangan terlalu terpaku dengan gajimu yang tidak seberapa itu. Percayalah usahamu dalam berkarir akan memengaruhi gajimu untuk kedepannya. Dengan bekerja sepenuh hati, menjadikan dirimu bersyukur dan berdampak dengan karirmu. Kemudian, atasanmu akan melihat kinerjamu yang selama ini positif. Bisa jadi gajimu nantinya akan ditingkatkan.

Dalam kegiatan BRIPA yang dikemas menjadi pembinaan mental ini turut dihadiri Ketua Pengadilan Agama Negara Nofia Mutiasari, S.Ag., M.H, para hakim, Panitera, Sekretaris, para Panitera Muda hingga Panitera Pengganti, Jurusita dan Jurusita Pengganti, para Kasubbag, CPNS, dan tenaga honor (PPNPN) di lingkungan Pengadilan Agama Negara.

Diakhir penyampaiannya, Wakil Ketua (Abdul Hamid, S.H.I) berpesan,”Kita para ASN, mari kita bantu rekan-rekan honorer kita dengan menyisikan sebagian gaji kita untuk menambah gaji tenaga honorer sebagai bentuk kekeluargaan, solidaritas, dan empati kita. Anggap ini sedekah dan bersedekah belum pernah membuat seseorang jatuh miskin”.

Penulis: Iswadi Idris, A.Md (CPNS Pengadilan Agama Negara) | Editor: Lissa Dewi Andini, S.H